Peristiwa 1965 masih simpang siur |
Indonesia baru-baru ini memutuskan untuk kembali menyelidii masa kelam dari sejarah bangsanya yang terjadi pada tahun 1965 dimana ada sekitar 500.000 jiwa tewas dalam pembunuhan yang terorganisir yang dilakukan oleh simpatisan dari partai PKI.
Sebuah kuburan massal terletak di tengah hutan
Ada tempat tepatnya di tengah-tengah hutan jati, dimana tertutup oleh daun-daun yang berguguran, di pinggiran
Pati di Jawa Tengah. Seorang saksi mata Radim petani berusia 70-an, menggambarkan peristiwa kelam yang terjadi pada suatu malam di tahun 1965. "Mereka datang dari gerobak yang ditarik oleh sapi ... tangan mereka diikat dengan tali. Mereka dipaksa untuk berlutut, kemudian ditembak dari belakang oleh tentara dan ditendang ke kuburan massal."
Pati di Jawa Tengah. Seorang saksi mata Radim petani berusia 70-an, menggambarkan peristiwa kelam yang terjadi pada suatu malam di tahun 1965. "Mereka datang dari gerobak yang ditarik oleh sapi ... tangan mereka diikat dengan tali. Mereka dipaksa untuk berlutut, kemudian ditembak dari belakang oleh tentara dan ditendang ke kuburan massal."
Kekerasan itu dilakukan setelah komunis dituduh membunuh enam jenderal dalam kudeta berdarah. Itu adalah puncak Perang Dingin dan pertempuran kekuasaan antara komunis, militer dan kelompok-kelompok Islam.Tentara dan milisi lokal anti-komunis pergi dan mengamuk, membunuh, diperkirakan, setidaknya 500.000 jiwa sampai 3.000.000 jiwa hilang dan terbunuh dalam setahun.
Selama hampir 50 tahun berbicara tentang waktu kelam tersebut tidak ada buku sejarah tabu ataupun yang resmi yang menceritakan peristiwa tersebut. Di mana pemerintah sebelumnya menolak untuk meminta maaf atau bahkan menerima bahwa hal itu pernah terjadi, penyelidikan yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo telah menunjuk menteri senior untuk bertemu dengan korban. Bahkan ada pembicaraan tentang menggali kuburan massal tersebut.
"Saya tidak takut lagi, saya bangga untuk mengatakan yang sebenarnya. Saya tidak pernah berpikir akan ada saat-saat seperti ini. Sebelum saya hanya tahu ketakutan," kata Radim tapi ini jelas tidak datang tanpa risiko.
Mereka bangga untuk mengakui mereka terlibat dalam pembunuhan
Tidak Sulit menemukan seseorang yang bangga dan sengan senang memberitahu Anda berapa banyak jiwa yang mereka renggut pada tahun 1965 dan bagaimana mereka melakukannya. Salah satunya Burhanaddin ZR, ia mengatakan dia membunuh lebih banyak orang daripada yang bisa dia hitung dan tidak menunjukkan penyesalan atas tindakannya tersebut.
"Tidak perlu untuk rekonsiliasi."
"Satu-satunya jalan adalah mereka harus melepaskan perasaan marah mereka," katanya dari mereka yang kehilangan kerabat. "Mereka hanya ingin balas dendam karena anggota keluarga mereka menjadi korban dalam serangan kami."
Dalam film dokumenter nominasi Oscar The Act of Killing sekelompok orang melakukan pembunuhan mengerikan secara rinci. Di banyak daerah pembunuh tersebut tinggal dekat dengan keluarga orang mati yang menjadi korbannya. Tanah dan properti yang secara ilegal disita tidak pernah dikembalikan.
Sampai saat ini mereka selalu menganggap diri mereka sebagai pahlawan karena mereka didukung oleh media pemerintah dan mainstream. Banyak dari eksekusi langsung dilakukan oleh pasukan keamanan. Organisasi Muslim terbesar juga dituduh mengambil bagian.
Tetapi langkah Penyelidikan yang dilakukan Presiden Widodo telah membuat mereka semua gugup.
0 comments:
Post a Comment